Get a Glitter Calendar Click Here

Selasa, 17 Juni 2014

variabel dummy, variabel moderating, variabel intervening



Pengertian/ definisi
Notasi
Bentuk Regresi
Contoh
Keterangan
Variabel Dummy
-    Variabel yang digunakan untuk mengkuatitatifkan variabel yang bersifat kualitatif.
-    Variabel yang mengasumsikan nilai 0 dan 1.
D
Y = b0 + b1 X + b2 D1 + b3 D2 + ...+ bn Dc-1 + e

Dimana c merupakan banyaknya kategori dari variabel bebas yang merupakan variabel dummy.

a.  Pengaruh masa kerja dan tingkat pendidikan terhadap gaji yang diterima karyawan.
Y=gaji ; X=masa kerja ; D1=1 jika S2, 0 jika tidak ; D2=1 jika S1, 0 jika tidak.
b.  Pengaruh biaya iklan dan jenis perusahaan terhadap laba yang diperoleh dari hasil penjualan oleh perusahaan.
Y=laba perusahaan ; X=biaya iklan ; D1=1 jika swasta asing ; D2=0 jika swasta nasional.
c. Pengaruh ketahanan kerja dan jabatan terhadap kepuasan kerja.
Y=kepuasan kerja ; X=ketahanan kerja ; D1=1 jika manajer ; D2=0 jika pelaksana.
Hanya mempunyai 2 nilai yaitu 1(menunjukkan kelompok yang mendapat perlakuan) dan 0(menunjukkan kelompok yang tidak mendapat perlakuan).
Variabel dummy bersifat kualitatif dan merupakan skala nominal. Yang termasuk variabel dummy yaitu jenis kelamin, jabatan, tingkat pendidikan, dll.
Variabel Moderating
-   Variabel yang selain bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lain.
-   Hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (tergantung), yang terkadang dipengaruhi loleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang dipakai.
M
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 M
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X1 X2


Biasanya M bisa dari X1 X2
a.  Pengaruh pelatihan kerja terhadap prestasi kerja, dimana pelatihan diikuti oleh semua karyawan dan memiliki jenjang pendidikan sama(D3) tapi dari jurusan berbeda.
Y=prestasi kerja ; X=pelatihan kerja ; M=latar belakang pendidikan.
b.  Pengaruh pupuk organik terhadap hasil tanaman padi. Dan hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap hasil tanaman padi, dan ternyata hal ini disebabkan karena ada variabel lain yang tidak diselidiki (misal varietas unggulan). Y=hasil tanam padi ; X=pupuk organik ; M=varietas unggulam.
c.  Pengaruh metode mengajar terhadap hasil belajar siswa, selain itu faktor jenis kelamin siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Y=hasil belajar siswa ; X=metode mengajar ; M=jenis kelamin
Disebut juga variabel Moderator yang bersifat tidak mudah berubah. Contoh variabel moderating yaitu kepribadian, usia, masa kerja, budaya, dll.
Variabel Intervening
-   Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yang dapat diartikan juga variabel ini dapat memperlemah dan memperkuat hubungan atar variabel, tetapi tidak dapat diukur, diamati, dan dimanipulasi sehingga pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel independen dan atau variabel moderat terhadap gejala yang sedang diteliti.
T
Y = b0 + b1 T + b2  X1

Dimana X1 akan mempengaruhi T dan selanjutnya T akan mempengaruhi Y.
a. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat penghasilan, dimana terdapat variabel lain yaitu jenis pekerjaan. Y=tingkat penghasilan ; X=tingkat pendidikan ; T=jenis pekerjaan
b. Pengaruh teknologi baru terhadap respon masyarakat, selain itu juga terdapat faktor lain yang dapat menjelaskan kedua variabel yaitu budaya.
Y=respon masyarakat ; X=teknologi baru ; T=budaya.
c. Pengaruh metode belajar tehadap prestasi siswa, dan ternyata motivasi belajar juga menjelaskan hubungan  kedua variabel.
Y=prestasi siswa ; X=metode belajar ; T=motivasi belajar
Disebut juga variabel Mediator yang bersifat mudah berubah. Merupakan variabel penyela/ antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya/ timbulnya variabel dependen. Contoh variabel intervening yaitu mood, emosi, rasa puas, benci, sedih, dll.

Sumber:
Gujarati, N. Damodar dan Porter, C. Dawn, Dasar-dasar Ekonometrika. buku 1,edisi 5. Jakarta:Salemba Empat. 2010.
http://teorionline,wordpress.com/2011/05/22/regresi-varibel-dummy/
http://ceritapulaumadura.blogspot.com/2011/10/pengertian-dan-contoh-analisis-regresi.html
http://blog.ugm.ac.id/2010/11/24/prosedur-analisis-regresi-dengan-variabel-dummy/
http://id.id.faceboo.com/fanpagekonsultanstatistik/posts/
http://temukanpengertian.blogspot.nl/2013/06/pengertian-variabel-moderator.html
http://suhartoumm.blogspot.com/2009/07/pengertian-variabel-variabel-definisi_30.html
http://smarttat.wordpress.com/2010/02/25/variabel-dan-data/
http://temukanpengertian.blogspot.com/2013/06/pengertian-vriabel-intervening-antara.html

Ekonometri_korelasi dan skala likert


1.      Perbedaan dan persamaan kolerasi pearson product moment, rank spearman, dan kontijensi C
Perbedaan
Persamaan
1.      Pearson Product Moment
-          Merupakan pengukuran parametrik.
-          Datanya berskala interval/ rasio (kuantitatif).
-          Uji signifikan menggunakan uji t.
-          Dari ketiga kolerasi yaitu pearson product moment, rank spearman, dan kontijensi C sama-sama merupakan analisis kolerasi bivariat (2 variabel yaitu variabel bebas/independen dan variabel tidak bebas/dependen).
2.      Rank Spearman
-          Merupakan pengukuran non-parametrik.
-          Datanya berskala ordinal (ranking) atau kualitatif.
-          Uji signifikan menggunakan uji Z.
-          Mengukur 2 variabel yang tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional variance tidak diketahui sama.
-          Dari ketiganya juga sama-sama mengukur kekuatan hubungan derajat/keeratan antar variabel.
3.      Kontijensi C
-          Datanya berskala nominal (kualitatif).
-          Dihitung dari sebuah tabel kontijensi.
-          Uji signifikan menggunakan uji independensi chi-square.
-          Nilai koefisien kontijensi C tidak pernah negatif, berkisar antara 0 hingga 1.
-          Variasinya merupakan variasi bersama (joint variation) dan dapat berhubungan secara dependen/independen sempurna.
-          Untuk kolerasi pearson product moment dan rank spearman memiliki persamaan yaitu nilai koefisien berada di antara -1 < r < 1. Bila nilai r = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan anatara variabel independen dan dependen. Nilai r = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan dependen. Nilai r = -1 berarti terdapat hubungan yang negatif antara variabel independen dan dependen.

3.      SKALA LIKERT
Skala likert banyak digunakan dalam penelitian pendidikan, sosial dan psikologi karena manfaatnya untuk menjaring sikap responden. Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Pengertian lainnya Skala Likert juga adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
a.       PERTANYAAN POSITIF (+)
Skor 1 Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. (Setuju/Baik/suka)
Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)
b.      PERTANYAAN NEGATIF (-)
Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Skor 2. (Setuju/Baik/suka)
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Kapan pakai Skala Likert:
·         Ingin menggambarkan secara kasar posisi individu dalam kelompoknya (posisi relatif).
·         Ingin membandingkan skor subyek dengan kelompok normatifnya.
·         Ingin menyusun skala pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat
Tips membuat item pada Skala Likert (Likert Scale) di tes psikometri/psikotes:
Item-item dalam skala likert terdiferensiasi dari sikap-sikap yang favorable hingga sikap-sikap yang unfavorable dan memiliki range of response diantara kedua sikap tersebut dalam satu kontinum.
Skala likert dapat digunakan pada berbagai konteks, termasuk konteks klinikal, pendidikan, dan organisasi.  Dalam membuat item pada skala likert perlu diperhatikan hal-hal berikut ini. Dibawah ini tips membuat item skala likert:
§  Hindari  item yang mengacu pada banyak peristiwa masa lalu dibandingkan pada saat ini.
§  Hindari item yang dapat diinterpretasikan sebagai fakta padahal bukan.
§  Hindari item yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara.
§  Hindari item yang tidak relevan dengan konteks psikologis atau konstruk yang belum terbangun.
§  Hindari item yang jawabannya hampir sama oleh setiap orang atau item yang  tidak akan dipilih oleh seorangpun.
§  Susun item dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung.
§  Buat item pendek, tidak lebih dari 20 kata.
§  Satu item hanya berisi satu ide/pokok pikiran.
§  Hindari terjadinya double negatif.
§  Hindari item yang menyebabkan ambiguity pada responden.

Langkah dalam penyusunan skala likert secara rinci sebagai berikut:
1. Menentukan dan memahami dengan baik apa yang akan diukur
2. Menyusun Blue Printuntuk memandu penyusunan alat ukur
3. Indikator yang secara teoritis-logis memberi kontribusi yang lebih besar harus diberikan pernyataan yang lebih banyak
4. Pernyataan dibuat Favorable dan Unfavorable
5. Membuat Item sesuai dengan kaidah
6. Uji coba item
7. Memilih item yang baik
8. Menyusun item terpilih menjadi satu set alat ukur
9. Menginterpretasikan hasil pengukuran.

Interpretasi skor perhitungan
Untuk mendapatkan hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor tertinggi (X) dan angka terendah (Y) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut :
Y = Skor tertinggi likert x jumlah panelis
= Skor terendah likert x jumlah panelis
maka penilaian interpretasi panulis adalah hasil nilai yang dihasil dengan menggunakan rumus Index %.
RUMUS INDEX %  =  Total Skor / Y x 100
PRA Penyelesaian
Sebelum menyelesaikannya kita harus mengetahui interval (Jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari Interval skor persen (I).
RUMUS INTERVAL
I = 100 / Jumlah Skor (likert)
(Ini adalah intervalnya jarak dari terendah 0 % hingga tertinggi 100%)
Berikut contoh kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval :
·         Angka 0%   – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
·         Angka 20% – 39,99%  = Tidak setuju / Kurang baik)
·         Angka 40% – 59,99%  = Cukup / Netral
·         Angka 60% – 79,99%  = (Setuju/Baik/suka)
·         Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)
Penyelesaian Akhir
=  Total skor / Y x 100 


Sumber:
-          http://nana5upriatna.blogspot.com/2010/08/skala-likert.html
-          http://cintastatistika.blogspot.com/2013/05/teori-korelasi.html


Pengambilan keputusan dalam struktur modal (Manajemen Keuangan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM STRUKTUR MODAL

1.      Bagaimana Perusahaan Menggambil Keputusan Pendanaan
Hutang dapat memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan, selama pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak. Namun manfaat akan di penalty oleh biaya kebangkrutan, di mana perusahaan menggunakan hutang untuk meminimumkan biaya modal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu:
v  Perusahaan akan enggan melakukan financing dicisions smata-mata untuk penggantian sumber dana karena adanya biaya penerbitan yang cukup berarti.
v  Perusahaan mungkin tidak bisa menaksir besarnya biaya modal sendiri (berlaku untuk perusahaan yang tidak menerbitkan sahamnya ke pasar modal).
v  Hutang mungkin diperoleh dari pasar keuangan yang tidak kompetitif, dalam arti biaya hutang yang ditawarkan oleh pihak yang menyediakan kredit lebih tinggi dari bunga obligasi.
Sehingga diperlukan alat-alat analisis lain yang bisa dipergunakan untuk menyimpulkan apakah penggunaan hutang bisa dipertanggungjawabkan tau tidak. Analisis ini meliputi analisis rentabilitas dan analisis likuiditas.
Cara-cara perusahaan mengambil keputusan pendanaan:
1)      Rasio hutang yang digunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal cukup tinggi. Di Indonesia hal ini disebabkan karena biaya kebangkrutan mungkin dinilai relatif rendah dan belum tersedianya sarana untuk menghimpundana dalam bentuk modal sendiri.
2)      Perubahan komposisi hutang mempunyai dampak terhadap harga saham. Di mana perubahan leverage ini menimbulkan perusahaan memperoleh abnormal return positif dan abnormal return negatif. Abnormal return positif berarti keuntungan yang diperoleh pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya, sehinngga peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal (dalam bentuk penghematan beban pajak) dan juga itu berarti menunjukkan bahwa biaya kebangkrutan tidak terlalu besar karen penghematan pajak lebih besar dari kerugin karena mungkin munculnya biaya kebangkrutan.
3)      Ada perbedaan leverage yang digunakan oleh industri yang berbeda. Apabila suatu industri mempunyai Debt to Equity Ratio(DER) lebih dari satu artinya hutangnya lebih besar dari modal sendiri, maka kemungkinan industri tersebut mempunyai resiko usaha yang lebih kecil sehingga berani menggunakan proporsi hutang yang lebih besar.


2.      Analisis Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri
Analisis rentabilitas ekonomi menekankan pada kemungkinan penggunaan hutang. Analisis yang mendasarkan pada pemikiran penggunaan hutang dibenarkan adalah diharapkan memberikan tambahan Laba Operasi(EBIT) atau bisa dikatakan memberikan rentabilitas ekonomi yang lebih besar dari bunga hutang yang harus dibayar. Hal ini disebabkan karena penggunaan hutang diharapkan akan meningkatkan rentabilitas modal sendiri(return on equity) yang menujukkan bagian keuntungan yang menjadi hak milik perusahaan.
                                      Laba operasi(EBIT)
Rentabilitas ekonomi =                                
                                                Asset

Analisis rentabilitas modal sendiri menekankan seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Peningkatan rentabilitas modal sendiri berarti juga peningkatan EPS(laba per saham) sehingga anlog dengan analisis EBIT dan EPS. Namun demikian, analisis EBIT-EPS sebenarnya mengacaukan dasra analisis yaitu digunakannya nilai pasar untuk variabel harag per saham di mana akan mempengaruhi beberapa jumlah saham baru yang akan diterbitkan, dan digunakannya nilai bku untuk variabel EPS. Penggunaan dasar yang berbeda ini dihindari pada analisis rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri.
                                                Laba setela pajak(EAT)
 Rentabilitas modal sendiri =                                               
                                                      Modal sendiri

Jadi, jika analisis menunjukkan bahwa penggunaan hutang pada saat rentabilitas ekonomi > bunga hutang mengakibatkan memperoleh rentabilitas modal sendiri yang lebih besar. Kedua analisis ini menekankan pada sisi profitabilitas penggunaan hutang.

3.      Analisis dari Sisi Likuiditas

Analisis dari sisi likuiditas pada dasarnya mendasarkan pemikiran bahwa arus kas (cash flow)yang masuk sebagian besar(atau mungkin seluruhnya) bersifat variabel. Artinya, apabila operasi perusahaan menurun maka kas masuk akan menurun secara proporsional. Sedangkan kas keluar ada yang bersifat variabel dan ada juga yang bersifat tetap.. Penggunaan hutang akan menambah proporsi arus kas yang bersifat tetap karena pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman bersifat tetap. Sebagai akibatnya apabila perusahaan mempunyai proporsi kas keluar yang tetap dalam jumlah yang besar, maka perusahaan akan cepat mengalami kesulitan likuiditas (kas keluar > kas masuk). Apabila dari kegiatan yang lain bisa menghasilkan cash flow yang memadai untuk menuup kewajiban finansial, maka penggunaan hutang bisa tidak akan menimbulkan kesulitan likuiditas
Penggunaan hutang akan menimbulkan kewajiban finansial berupa bunga maupun angsuran okok, sehinggaitu tidak didinginkan akan menimbulkan kesulitan likuiditas bagi perusahaan(ketidakmampuan memenuhi hutang). Oleh karena itu untuk memperkirakannya bisa ditaksir rasio keuangan yang disebut Debt Service Coverage(DSC).
                                    (Laba  operasi EBIT + penyusutan)
DSC =                                                                                                            
                                                Angsuran pokok pinjaman
Bunga + Sewaguna +                                                           
                                                (1 – t)
            Ket: t adalah tarif pajak penghasilan (Income Tax)
4.      Analisis Rentabilitas dan Likuiditas Serta Kaitannya dengan Biaya Modal Perusahaan
Analisis dari sisi rentabilitas menyimpulkan bahwa penggunaan hutang bisa dibenarkan yang berarti bahwa akan menurunkan biaya modal perusahaan jika hutang tersebut diperoleh dari pasar modal yang kompetitif dan biaya kemungkinan kebangkrutan relatif sangat kecil. Maka hal ini analisis dari sisi rentabilitas akan konsisten dengan analisis dari aspek biaya modal karena penggunan hutang juga menurunkan biaya modal perusahaan (meningkatkan nilai perusahaan).
Analisis dari sisi rentabilitas ekonomi yaitu biaya hutang yang ditanggung < laba yang di peroleh, sehingga perusahaan mampu menutupinya. Sedangkan analisis dari aspek biaya modal penggunaan hutang tidak menimbulkan kemungkinan kebangkrutan yang berarti, maka nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang ditambah dengan PV penghematan pajak.
            Analisis dari sisi likuiditas lebih sulit pengkuantifikasiannya. Perusahaan yang dinilai baik likuiditasnya kemungkinan perusahaan akan mampu meminjam dengan suku bunga yang murah. Di mana penurunan biaya hutang(bunga yang rendah) yang pada akhirnya akan menurunkan biaya modal perusahaan, karena di mata kreditur perusahaan dinilai lebih aman.
DAFTAR PUSTAKA
                                      
Van Horne James C., J.M.Wachowicz. Fundamental of Financial Management(Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan) buku 2. Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta:2001

Husnan Suad, E.Pudjiastuti. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta:2004